Kamis, 04 Juni 2015



Nama    : Yosua Teguh Saputra
Nim       : 2014 71 087
Tugas    : Online 10 Fislafat Manusia

Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun) adalah seorang filsuf Perancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran.

Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di École Polytechnique di Paris. École Polytechnique saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1816, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier.

Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian pada bulan Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekretaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.

Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya: meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan penelitiannya kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa temannya.

Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte dikenal arogan, kejam dan mudah marah sehingga pada tahun 1826 dia dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tetapi ia kabur sebelum sembuh. Kemudian setelah kondisinya distabilkan oleh Massin, ia mengerjakan kembali apa yang dulu direncanakannya. Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada tahun 1842 karena alasan yang belum diketahui. Saat-saat di antara pengerjaan kembali rencananya sampai pada perceraiannya, ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de Philosophie Positivistic.

Pada tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam hubungan yang tetap platonis. Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak lama setelahnya, Comte menerbitkan bukunya yang berjudul Système de politique positive (1851 - 1854).

Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise.

Dalam ilmu pengetahuan dikenal istilah paternity yaitu pengakuan bahwa seorang tokoh adalh pendiri suatu bidang ilmu dengan memberikan nama “Bapak” bagi bidang ilmu yang bersangkutan. Dalam sosiologi, tokoh yang sering dianggap sebagai Bapak ialah August Comte, seorang ahli filsafat dari Perancis. Namun  mengenai hal ini pun tidak ada kesepakatan, Reiss, Jr (1968), berpendapat bahwa August Comte lebih tepat dianggap sebagai Godfather (wali) daripada progenitor (leluhur) sosiologi karena sumbangan August Comte terbatas pada pemberian nama dan suatu filsafat yang membuat perkembangan sosiologi. Menurut Reiss tokoh yang lebih tepat dianggap penyumbang utama bagi kemunculan sosiologi ialah Emile Durkheim.

Nama “sosiologi” memang merupakan hasil ciptaan August Comte suatu gabungan antara kata Romawi socius dan kata Yunani logos. Coser (1977) mengisahkan bahwa August Comte semula bermaksud memberikan nama social physics bagi ilmu yang akan diciptakannya itu, namun kemudian mengurungkan niatnya karena istilah tersebut telah digunakan oleh seorang tokoh lain, Saint Simon.

Salah satu sumbangan penting lain bagi sosiologi, sebagaimana telah dikemukakan oleh Reiss, ialah suatu filsafat yang mendorong perkembangan sosiologi. Pemikiran ini diutarakan August Comte dalam bukunya : Course de philosophie positive. Dalam buku ini August Comte mengemukakan pandangannya mengenai  “hukum kemajuan manusia” atau “hukum tiga jenjang” menurut pandangan ini, sejarah manusia akan melewati tiga jenjang yang mendaki : jenjang teologi, jenjang metafisika, dan jenjjang positif.

Pada jenjang pertama : manusia mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu padahal yang bersifat adikodrati.

Pada jenjang kedua : manusia mengacu pada kekuatan metafisik atau abstark.

Pada jenjang tertinggi atau jenjang terakhir, jenjang positif, penjelasan gejala alam maupun sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah yang didasari pada hukum ilmiah

Karena memperkenalkan metode positif ini, maka August Comte dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri metode positif ialah bahwa objek yang dikaji harus berupa fakta, dan bahwa kajian harus bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan, sarana yang menurut August Comte dapat digunakan untuk melakukan kajian ialah: pengamatan, perbandingan,eksperimen, atau metode historis.

Mengapa August Comte berpandangan bahwa sosiologi harus menggunakan metode positif? Karena, dalam berpandangannya, sosiologi harus merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam yang mendahuluinya. Menurut  hematnya kegiatan kajian sosiologi yang tidak menggunakan metode pengamatan, perbandingan, eksperimen, atau metode historis bukanlah kajian ilmiah melainkan hanya renungan atau khayalan belaka.

Suatu pandangan menarik dari August Comte ialah bahwa sosiologi menurutnya merupakan “Ratu ilmu-ilmu” (Reiss, 1968). Dalam bayangannya mengenai hirarki ilmu, sosiologi bahkan menempati kedudukan teratas diatas astronomi, fisika, ilmu kimia, biologi (Coser 1977).

Sumbangan piikiran penting lain yang diberikan August Comte ialah embagian sosiologi ke dalam dua bagian besar yaitu statika sosial (kajian terhadap tatanan sosialn) dan dinamika sosial (kajian terhadap kemajuan dan perubahan sosial). Statika mewakili stabilitas, sedangkan dinamika mewakili perubahan. Dengan memakai analogi dari biologi, August Comte menyatakan bahwa  hubungan antara hubungan antara statika sosialdengan dinamika sosial dapat disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi.

Hingga kini pun klasifikasi August Comte ini masih tetap relevan. Dalam literatur sosiologi masa kini kita senantiasa menjumpai ahli Sosiologi yang mempelajari Social Statics, melakukan kajian terhadap tatanan sosial seperti misalnya kajian terhadap struktur sosial suatu masyarakat, instisusi di dalamnya, hubungan antara suatu institusi dan institusi lain, fungsi masing-masing institusi dan sebagainya. Namun ada pula ahli sosiologi yang memusatkan perhatiannya pada social dynamics, mengkaji perubahan sosial seperti misalnya perubahan sosial yang melanda negara baru setelah berakhirnya Perang Dunia II, arah perubahannya, dampaknya dan sebagiannya.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar