Nama :
Yosua Teguh Saputra
Nim :
2014 71 087
Tugas :
Online 10 Fislafat Manusia
Auguste Comte (Nama
panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir di Montpellier,
Perancis,
17 Januari
1798 – meninggal
di Paris,
Perancis,
5 September
1857 pada umur 59 tahun)
adalah seorang filsuf
Perancis
yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi
serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte
membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah
dalam ilmu sosial
sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran.
Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat
daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan
pendidikannya di École Polytechnique di Paris. École Polytechnique
saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan
filosofi proses. Pada tahun 1816, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi.
Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah
kedokteran di Montpellier.
Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok
antara agama Katolik
yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki
yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian pada bulan
Agustus
1817 dia menjadi murid
sekaligus sekretaris dari Claude Henri
de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk
ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan
Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.
Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya:
meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya ini kemudian
dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour
réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk pengaturan
kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga
menghambat penelitiannya. Kehidupan dan penelitiannya kemudian mulai bergantung
pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa temannya.
Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte
dikenal arogan, kejam dan mudah marah sehingga pada tahun 1826 dia dibawa ke sebuah rumah sakit
jiwa, tetapi ia kabur sebelum sembuh. Kemudian setelah kondisinya
distabilkan oleh Massin, ia mengerjakan kembali apa yang dulu direncanakannya.
Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada tahun 1842 karena alasan yang
belum diketahui. Saat-saat di antara pengerjaan kembali rencananya sampai pada
perceraiannya, ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de
Philosophie Positivistic.
Pada tahun 1844,
Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam
hubungan yang tetap platonis. Setelah Clotilde
wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak lama
setelahnya, Comte menerbitkan bukunya yang berjudul Système de politique
positive (1851
- 1854).
Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetière du
Père Lachaise.
Dalam ilmu pengetahuan dikenal
istilah paternity yaitu pengakuan bahwa seorang tokoh adalh pendiri suatu
bidang ilmu dengan memberikan nama “Bapak” bagi bidang ilmu yang bersangkutan. Dalam
sosiologi, tokoh yang sering dianggap sebagai Bapak ialah August Comte, seorang
ahli filsafat dari Perancis. Namun mengenai hal ini pun tidak ada kesepakatan,
Reiss, Jr (1968), berpendapat bahwa August Comte lebih tepat dianggap sebagai
Godfather (wali) daripada progenitor (leluhur) sosiologi karena sumbangan August
Comte terbatas pada pemberian nama dan suatu filsafat yang membuat perkembangan
sosiologi. Menurut Reiss tokoh yang lebih tepat dianggap penyumbang utama bagi
kemunculan sosiologi ialah Emile Durkheim.
Nama “sosiologi” memang merupakan
hasil ciptaan August Comte suatu gabungan antara kata Romawi socius dan kata Yunani logos. Coser (1977) mengisahkan bahwa August
Comte semula bermaksud memberikan nama social physics bagi ilmu yang akan
diciptakannya itu, namun kemudian mengurungkan niatnya karena istilah tersebut
telah digunakan oleh seorang tokoh lain, Saint Simon.
Salah satu sumbangan penting lain
bagi sosiologi, sebagaimana telah dikemukakan oleh Reiss, ialah suatu filsafat
yang mendorong perkembangan sosiologi. Pemikiran ini diutarakan August Comte
dalam bukunya : Course de philosophie
positive. Dalam buku ini August Comte mengemukakan pandangannya
mengenai “hukum kemajuan manusia” atau “hukum
tiga jenjang” menurut pandangan ini, sejarah manusia akan melewati tiga jenjang
yang mendaki : jenjang teologi, jenjang metafisika, dan jenjjang positif.
Pada jenjang pertama : manusia
mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu padahal yang bersifat
adikodrati.
Pada jenjang kedua : manusia
mengacu pada kekuatan metafisik atau abstark.
Pada jenjang tertinggi atau
jenjang terakhir, jenjang positif, penjelasan gejala alam maupun sosial
dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah yang didasari pada hukum ilmiah
Karena memperkenalkan metode
positif ini, maka August Comte dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri metode
positif ialah bahwa objek yang dikaji harus berupa fakta, dan bahwa kajian
harus bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan, sarana yang
menurut August Comte dapat digunakan untuk melakukan kajian ialah: pengamatan,
perbandingan,eksperimen, atau metode historis.
Mengapa August Comte berpandangan
bahwa sosiologi harus menggunakan metode positif? Karena, dalam berpandangannya,
sosiologi harus merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam
yang mendahuluinya. Menurut hematnya
kegiatan kajian sosiologi yang tidak menggunakan metode pengamatan,
perbandingan, eksperimen, atau metode historis bukanlah kajian ilmiah melainkan
hanya renungan atau khayalan belaka.
Suatu pandangan menarik dari August
Comte ialah bahwa sosiologi menurutnya merupakan “Ratu ilmu-ilmu” (Reiss,
1968). Dalam bayangannya mengenai hirarki ilmu, sosiologi bahkan menempati
kedudukan teratas diatas astronomi, fisika, ilmu kimia, biologi (Coser 1977).
Sumbangan piikiran penting lain
yang diberikan August Comte ialah embagian sosiologi ke dalam dua bagian besar
yaitu statika sosial (kajian terhadap tatanan sosialn) dan dinamika sosial
(kajian terhadap kemajuan dan perubahan sosial). Statika mewakili stabilitas,
sedangkan dinamika mewakili perubahan. Dengan memakai analogi dari biologi, August
Comte menyatakan bahwa hubungan antara
hubungan antara statika sosialdengan dinamika sosial dapat disamakan dengan
hubungan antara anatomi dan fisiologi.
Hingga kini pun klasifikasi August
Comte ini masih tetap relevan. Dalam literatur sosiologi masa kini kita
senantiasa menjumpai ahli Sosiologi yang mempelajari Social Statics, melakukan kajian terhadap tatanan sosial seperti
misalnya kajian terhadap struktur sosial suatu masyarakat, instisusi di
dalamnya, hubungan antara suatu institusi dan institusi lain, fungsi
masing-masing institusi dan sebagainya. Namun ada pula ahli sosiologi yang
memusatkan perhatiannya pada social
dynamics, mengkaji perubahan sosial seperti misalnya perubahan sosial yang
melanda negara baru setelah berakhirnya Perang Dunia II, arah perubahannya,
dampaknya dan sebagiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar