Nama : Yosua Teguh Saputra
Nim : 2014-71-087
Tugas Online Filsafaat Jean Paul Sarte Manusia Dan Kebebasan
Dalam tulisan ini hanya sedikit membahas masalah filsafat eksistensialisme
Sartre, karena keterbatasan penulis. Untuk pembaca yang tertarik lebih jauh
dengan pemikiran Sartre, diharap membaca buku karya Sartre sendiri dan
karya saduran yang membahas pemikiran Sartre.
Jean Paul Sarte adalah tokoh filsuf berasal dari
Perancis. Filsafat sartre terkenal dengan filsafat eksistensialisme. Secara
garis besar filsafat eksistensialisme menekankan kebebasan manusia, tidak ada
nilai nilai yang bisa mengekang kebebasan manusia menurut Sartre. Filsafat
eksistensialisme Sartre berbeda dengan filsafat eksintesialisme kierkegard yang
juga dikenal sebagai salah tokoh filsuf eksistensialisme besar. meskipun sama
sama berpandangan kebebasan yang mnjadi titiktolak utama, akan tetapi perbedaan
filsafat eksistensialisme dari kedua tokoh ini terletak pada tanggapan mereka
terhadap Tuhan. Kierkegard menagnggap manusia bebas dengan mempercayai tuhan.
Kiergard memberikan analogi yang bagus antara kebebasan dengan tuhan dia
menganalogikan dengan cerita Adam dan Hawa, dimana pada saat Adam dan
Hawa diciptakan tuhan dan mnghuni surga mereka berdua diperkenankan menikmati
dan memakan segala macam buah yang ada di surga, akan tetapi tuhan melarang
Adam dan Hawa memberikan larangan keras untuk memakan satu jenis buah di surga
yaitu buah Khuldi (dalam Islam). Larangan tersebut tidak membuat Adam dan Hawa
menjauh akan tetapi justru penasaran dan memakan buah tersebut, dari kisah
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya tuhan telah memberikan
pilihan terhadap Adam dan Hawa dengan tetap membiarkan merekan berdua
memakan buah tersebut, meskipun larangan sudah diberikan, jika tuhan mengekang
dan tidak memberikan kebebasan kepada Adam dan Hawa jangankan memakan buah
tersebut, mendekati pohon tersebut saja Adam dan Hawa akan terpelanting oleh
kekuatan Tuhan. oleh sebab itu Kierkegard termasuk dalam salah satu Filsuf
eksistensialis Theistik (mempercayai
tuhan), mengambil posisi yang brsebrangan dengan Kierkegard, Sartre
justru menentang keberadaan tuhan, yang menyebabkan Sartre menjadi salah satu
filsuf Eksistensialis Atheistik (tidak mempercayai tuhan) selain Martin
Heideger.
Tuhan menjadi salah satunya yang menyebabkan manusia
tidak menjadi bebas menurut sartre. Sarte dalam hal ini terlihat sebagai tokoh
dengan pemikiran yang materialis, diamana di tidak mempercayai segala sesuatu
yang ada dibalik dunia, dan yang nampak itulah yang merupakan dunia. Dalam hal
ini menurut Sartre manusia ada di dunia begitu saja terlempar dan harus
menjalani kehidupanya secara otonom. Dalil yang digaungkan Sartre dalam
filsafatnya yang menetang keberadaan tuhan adalah "eksistensi mendahului esensi".Maksud
dari "eksistensi mendahului esesni"
adalah eksistensi disini menyangkut bentuk, wujud dan yang nampak sementara
esensi menyagkutabstrak, konsep, ide.
lebih jelas Sartre menjelaskan: "Apa itu eksistensi mendahului esensi?
yang kita maksud adalah bahwa, pertama tama manusia ada, berhadapan
dengan dirinya sendiri, terjun ke dalam dunia dan barulah setelah itu
mndefinisikan dirinya."
Selain tuhan, Sarte beranggapan bahwa ketidakbebasan
sesorang diakibatkan oleh orang lain dalam hal ini secara tegas sartre
mangatakan bahwa " orang lain adalah neraka",salah satu pernyataan
Sartre yang terkenal ini berasal dari drama yang dipentaskan sartre dengan
judul orang lain adalah neraka. Secara tegas terhadap orang lain Sartre
mengatakan "orang lain adalah sebab kejatuhanku". Hal yang
menyebabkan seseorang tidak bisa bebas akibat orang lain berawal dari pandang
mata, hal ini disebabkan menurt Sartre pandangan mata seseorang. Pandang
menurut Sartre, sebagai sarana untuk membuat orang yang memandang kita seakan akan
kita menjadi benda dan orang yang memandang kita menjadi subjek yang aktif yang
membendakan kita. Terkait dengan hal ini pandangan dan juga orang lain adalah
sebab ketejatuhan, berhubungan dengan pengalaman masa kecil Sartre mengalami
pengobjekan dan keterjatuhan akibat pandangan orang lain, Sartre
menjelaskan: "Ada kebenaran lain. Di teras-teras Taman luxembourg anak
anak bermain, aku mendekati mereka; mereka menyisih tanpa melihatku; aku
memandang mereka dengan pandangan duka; betapa kuat dan gesitnya mereka! betapa
gantengnya mereka keunggulan dan kecerdasanku lenyap seketika, kesempatan itu
tidak diberikan; aku menemukan hakim- hakimku yang sesungguhnya, yaitu
manusia setara, dan ketakacuhan mereka telah memvonisku tidak seorangpun
mengajaku bermai."
Alasan kenapa Sartre merasa bahwa pandangan orang lain menyebabkan
keterjatuhanya adalah secara fisik Sartre mengalami kekurangan yaitu Sartre
memiliki mata juling, yang mengakibatkan sewaktu kcil di menjadi anak yang
minder, lebih lanjut Sartre mengatakan : "Sejak beberapa waktu sudah ada
noda pada mataku yang akan menjadikankubermata jerang aku telah difoto seratus
kali yang diperindah mama dengan pensil berwarna"
Penolakan Sartre terhadap orang lain dengan
menyebutkan "
orang lain adalah neraka", menyebabkan filsafat eksisntesialisme
Sartre dianggap banyak kritukus sebagai filsafat kaum borjuis dan liberal. kaum
borjuis dan liberal sendiri diasosiasikan dengan sosok yang mementingkan sikap
individual dan tidak memperdulikan orang lain. Faktanya pada saat itu dalam
beberapa literatur semasa filsafat eksistensialisme booming di Perancis banyak
kaum gelandang dan tuna wisma di sana mengatakan bahwa mereka penganut filsafat
eksistensialisme Sartre. Dalam kkarya keclinya yang berjudul "Eksistensialisme
dan Humanisme", Sartre memberikan klarifikasinya mengenai kebebasan
mutlak manusia yang menurut beberapa kritukus memicu sikap tidak peduli
terhadap orang lain sehingga mengcap orang lain sebagai neraka, klarifikasi
Sartre sebagai berikut: "Dengan demikian, efek eksistensialisme yang
pertama adalah menempatkan posisinya sebagai dirinya sendiri, dan
meletakan seluruh tanggung jawab hidupnya sepnuhnya di pundak manusia itu
sendiri."
Dari penjelasan Sartre diatas bisa ditarik kesimpulan
bahwa manusia memang memiiki kebebasan dalam menuntukan pilihan, bahkan mnurut
Sartre manusia dikutuk untuk bebas, akan tetapi kebebasan yang diilih juga
harus mempertimbangkan kepentingan secara luas. Kebebasan menurut Sartre juga
harus disertai dengan tindakan secara terus menerus, karena sejatinya adalah
mahluk yang menindak dan untuk menindak terkait dengan kesadaran akan dunia.
Dalam filsafat eksisntensialisnya Sartre membagi dua kesadaran yang ada di
dunia:
Etre En Soi : kesadaran yang ada begitu saja: secara garis besar maksudnya
adalah dalam kesadaran ini tidak ada subjek yang menindak / bisa dikatakan yang
memiliki kesadara ini adalah benda mati. contoh : kursi, meja dan lain lain.
ciri ciri kesadaran ini yaitu tidak memiliki celah untuk di kritik mereka ada
sesuai dengan fungsinya. kekuranganya dari adalah tidak bisa berproses. contoh
Kursi tidak bisa dikritik karena tidak memiliki celah akan tetapi kursi dari
waktu ke waktu akan memiliki bentuk dan fungsi yang sama
Etre po : kesadaran/ ada bagi dirinya: kesadaran ini hanya dimiliki oleh
manusia. dalam kesadaran ini subjek bertindak aktif. ciri kesadaran ini adalah
selalu berproses dan memiliki celah untuk dikritik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar