Sabtu, 20 Juni 2015

Jean Paul Sarte Manusia Dan Kebebasan



Nama    : Yosua Teguh Saputra
Nim        : 2014-71-087
Tugas Online Filsafaat Jean Paul Sarte Manusia Dan Kebebasan

Dalam tulisan ini hanya sedikit membahas masalah filsafat eksistensialisme Sartre, karena keterbatasan penulis. Untuk pembaca yang tertarik lebih jauh dengan  pemikiran Sartre, diharap membaca buku karya Sartre sendiri dan karya saduran  yang membahas pemikiran Sartre.

Jean Paul Sarte adalah tokoh filsuf berasal dari Perancis. Filsafat sartre terkenal dengan filsafat eksistensialisme. Secara garis besar filsafat eksistensialisme menekankan kebebasan manusia, tidak ada nilai nilai yang bisa mengekang kebebasan manusia menurut Sartre. Filsafat eksistensialisme Sartre berbeda dengan filsafat eksintesialisme kierkegard yang juga dikenal sebagai salah tokoh filsuf eksistensialisme besar. meskipun sama sama berpandangan kebebasan yang mnjadi titiktolak utama, akan tetapi perbedaan filsafat eksistensialisme dari kedua tokoh ini terletak pada tanggapan mereka terhadap Tuhan. Kierkegard menagnggap manusia bebas dengan mempercayai tuhan. Kiergard memberikan analogi yang bagus antara kebebasan dengan tuhan dia menganalogikan dengan cerita Adam dan Hawa, dimana  pada saat Adam dan Hawa diciptakan tuhan dan mnghuni surga mereka berdua diperkenankan menikmati dan memakan segala macam buah yang ada di surga, akan tetapi tuhan melarang Adam dan Hawa memberikan larangan keras untuk memakan satu jenis buah di surga yaitu buah Khuldi (dalam Islam). Larangan tersebut tidak membuat Adam dan Hawa menjauh akan tetapi justru penasaran dan memakan buah tersebut, dari kisah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya tuhan telah memberikan pilihan terhadap Adam dan Hawa dengan tetap membiarkan merekan  berdua memakan buah tersebut, meskipun larangan sudah diberikan, jika tuhan mengekang dan tidak memberikan kebebasan kepada Adam dan Hawa jangankan memakan buah tersebut, mendekati pohon tersebut saja Adam dan Hawa akan terpelanting oleh kekuatan Tuhan. oleh sebab itu Kierkegard termasuk dalam salah satu Filsuf eksistensialis Theistik  (mempercayai tuhan), mengambil posisi yang  brsebrangan dengan Kierkegard, Sartre justru menentang keberadaan tuhan, yang menyebabkan Sartre menjadi salah satu filsuf Eksistensialis Atheistik (tidak mempercayai tuhan) selain Martin Heideger.
Tuhan menjadi salah satunya yang menyebabkan manusia tidak menjadi bebas menurut sartre. Sarte dalam hal ini terlihat sebagai tokoh dengan pemikiran yang materialis, diamana di tidak mempercayai segala sesuatu yang ada dibalik dunia, dan yang nampak itulah yang merupakan dunia. Dalam hal ini menurut Sartre manusia ada di dunia begitu saja terlempar dan harus menjalani kehidupanya secara otonom. Dalil yang digaungkan Sartre dalam filsafatnya yang menetang keberadaan tuhan adalah "eksistensi mendahului esensi".Maksud dari "eksistensi mendahului esesni"
adalah eksistensi disini menyangkut bentuk, wujud dan yang nampak sementara esensi menyagkutabstrak, konsep, ide.
lebih jelas Sartre menjelaskan: "Apa itu eksistensi mendahului esensi? yang kita maksud adalah bahwa,  pertama tama manusia ada, berhadapan dengan dirinya sendiri, terjun ke dalam dunia dan barulah setelah itu mndefinisikan dirinya." 

Selain tuhan, Sarte beranggapan bahwa ketidakbebasan sesorang diakibatkan oleh orang lain dalam hal ini secara tegas sartre mangatakan bahwa " orang lain adalah neraka",salah satu pernyataan Sartre yang terkenal ini berasal dari drama yang dipentaskan sartre dengan judul orang lain adalah neraka. Secara tegas terhadap orang lain Sartre mengatakan "orang lain adalah sebab kejatuhanku". Hal yang menyebabkan seseorang tidak bisa bebas akibat orang lain berawal dari pandang mata, hal ini disebabkan menurt Sartre pandangan mata seseorang. Pandang menurut Sartre, sebagai sarana untuk membuat orang yang memandang kita seakan akan kita menjadi benda dan orang yang memandang kita menjadi subjek yang aktif yang membendakan kita. Terkait dengan hal ini pandangan dan juga orang lain adalah sebab ketejatuhan, berhubungan dengan pengalaman masa kecil Sartre mengalami  pengobjekan dan keterjatuhan akibat pandangan orang lain, Sartre menjelaskan: "Ada kebenaran lain. Di teras-teras Taman luxembourg anak anak bermain, aku mendekati mereka; mereka menyisih tanpa melihatku; aku memandang mereka dengan pandangan duka; betapa kuat dan gesitnya mereka! betapa gantengnya mereka keunggulan dan kecerdasanku lenyap seketika, kesempatan itu tidak diberikan; aku menemukan hakim- hakimku yang sesungguhnya, yaitu manusia setara, dan ketakacuhan mereka telah memvonisku tidak seorangpun mengajaku bermai."

Alasan kenapa Sartre merasa bahwa pandangan orang lain menyebabkan keterjatuhanya adalah secara fisik Sartre mengalami kekurangan yaitu Sartre memiliki mata juling, yang mengakibatkan sewaktu kcil di menjadi anak yang minder, lebih lanjut Sartre mengatakan : "Sejak beberapa waktu sudah ada noda pada mataku yang akan menjadikankubermata jerang aku telah difoto seratus kali yang diperindah mama dengan pensil berwarna" 

Penolakan Sartre terhadap orang lain dengan menyebutkan "
orang lain adalah neraka", menyebabkan filsafat eksisntesialisme Sartre dianggap banyak kritukus sebagai filsafat kaum borjuis dan liberal. kaum borjuis dan liberal sendiri diasosiasikan dengan sosok yang mementingkan sikap individual dan tidak memperdulikan orang lain. Faktanya pada saat itu dalam beberapa literatur semasa filsafat eksistensialisme booming di Perancis banyak kaum gelandang dan tuna wisma di sana mengatakan bahwa mereka penganut filsafat eksistensialisme Sartre. Dalam kkarya keclinya yang berjudul "Eksistensialisme dan Humanisme", Sartre memberikan klarifikasinya mengenai kebebasan mutlak manusia yang menurut  beberapa kritukus memicu sikap tidak peduli terhadap orang lain sehingga mengcap orang lain sebagai neraka, klarifikasi Sartre sebagai berikut: "Dengan demikian, efek eksistensialisme yang pertama adalah menempatkan  posisinya sebagai dirinya sendiri, dan meletakan seluruh tanggung jawab hidupnya sepnuhnya di pundak manusia itu sendiri." 
Dari penjelasan Sartre diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa manusia memang memiiki kebebasan dalam menuntukan pilihan, bahkan mnurut Sartre manusia dikutuk untuk bebas, akan tetapi kebebasan yang diilih juga harus mempertimbangkan kepentingan secara luas. Kebebasan menurut Sartre juga harus disertai dengan tindakan secara terus menerus, karena sejatinya adalah mahluk yang menindak dan untuk menindak terkait dengan kesadaran akan dunia. Dalam filsafat eksisntensialisnya Sartre membagi dua kesadaran yang ada di dunia:

Etre En Soi : kesadaran yang ada begitu saja: secara garis besar maksudnya adalah dalam kesadaran ini tidak ada subjek yang menindak / bisa dikatakan yang memiliki kesadara ini adalah benda mati. contoh : kursi, meja dan lain lain. ciri ciri kesadaran ini yaitu tidak memiliki celah untuk di kritik mereka ada sesuai dengan fungsinya. kekuranganya dari adalah tidak bisa berproses. contoh Kursi tidak bisa dikritik karena tidak memiliki celah akan tetapi kursi dari waktu ke waktu akan memiliki bentuk dan fungsi yang sama

Etre po : kesadaran/ ada bagi dirinya: kesadaran ini hanya dimiliki oleh manusia. dalam kesadaran ini subjek bertindak aktif. ciri kesadaran ini adalah selalu berproses dan memiliki celah untuk dikritik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar