Filsafat Schopenhauer ini termasuk ke dalam Idealisme Jerman.
Pendapat ini dibuktikan melalui perbandingan antara filosofis Schopenhauer dengan
pandangan Idealisme Jerman. Keduanya mengajarkan bahwa realitas bersifat
subjektif, artinya keseluruhan kenyataan merupakan konstruksi kesadaran Subjek.
Dunia ini juga dipandang sebagai ide. Pandangan Schopenhauer ini pun dijadikan
wakil dari Idealisme Jerman. Sekalipun memang ada hal-hal yang bersifat lebih
khusus dan fundamental yang membedakan pemikiran Schopenhauer dengan Idealisme
Jerman. Bagi Schopenhauer, dasar dunia ini transcendental dan bersifat
irasional, yaitu kehendak yang buta. Kehendak ini buta, sebab, sebab desakannya
untuk terus-menerus dipuaskan tidak bisa dikendalikan dan tidak akan pernah
terpenuhi. Namun, justru keinginan yang tak sampai berarti penderitaan.
Selanjutnya, menurut dia bahwa kehendak transendental itu mewujudkan diri dalam
miliaran eksistensi kehidupan, maka hidup itu sendiri merupakan penderitaan.
Jalan keluar yang diusulkan Schopenhauer ini pun cukup logis. Kalau hidup ini
adalah penderitaaan, maka pembebasan dari penderitaan tersebut tentunya akan
tercapai melalui penolakan kehendak untuk hidup. Konkretnya adalah lewat
kematian raga dan bela rasa.
Cara pemikiran Schopenhauer ini menarik. Namun, tetap saja memiliki
kesalahan. Masalah dalam filsafatnya berkaitan dengan pandangannya atas
pengetahuan tentang prinsip individuasi. Menurut Schopenhauer, berkat
pengetahuan inilah manusia sadar bahwa dirinya adalah sama dengan semua makhluk
hidup lain (dasar dari sikap bela rasa) sehingga dia tidak perlu memutlakkan
diri dan keinginannya (dasar sikap mati raga atau penyangkalan diri). Tanpa
pengetahuan ini, manusia tidak akan mengalami pencerahan dan tetap berada dalam
kegelapan.
Anggapan Schopenhauer ini menekankan dua hal, yaitu bahwa kesadaran
manusia terbukti lebih kuat dibandingkan nafsu dan keinginannya, dan bahwa
karena itu ia juga mampu memperhatikan keadaan kepentingan orang lain, di dalam
hal ini berarti bahwa manusia bukanlah makhluk egois sebagai mana yang
dipikirkan oleh Schopenhauer. Namun, jika kesadaraan bisa menguatkan manusia
menyangkal diri dan berbela rasa, bukankah demikian kehendak untuk hidup itu
sendiri bukan merupakan dasar dari segalanya?